Positive
Organizational Scholarship muncul pada awal
2000-an sebagai suatu “gerakan baru dalam ilmu organisasi” untuk melengkapi
berbagai pendekatan yang sudah ada seperti inkuiri apresiatif (appreciative inquiry), termasuk
psikologi positif dan psikologi komunitas. Jika di masa lalu, perhatian lebih
banyak diberikan untuk mengidentifikasi beragam “deviansi negatif” (atau
masalah) di dalam organisasi dan merancang program-program perubahan untuk menghilangkan
masalah tersebut, maka Positive
Organizational Scholarship menelusuri beragam “deviansi positif” – yakni
dinamika yang memicu kinerja yang luar biasa dari individu dan organisasi seperti pengembangan
kemampuan sumber daya manusia, penumbuhan vitalitas, adanya resiliansi dan restorasi. Positive
Organizational Scholarship dapat digambarkan sebagai bentuk pelatihan terhadap organisasi untuk
mengidentifikasi “permainan-permainan terbaik” mereka, untuk memahami perilaku
dan dinamika yang mendasari permainan tersebut, dan kemudian berusaha
menyebarkannya ke bagian lain dari organisasi.
Karena Positive
Organizational Scholarship merupakan hal yang relatif baru, masih banyak
terjadi perdebatan di kalangan para ahli. Menurut Fineman, ada empat isu yang
mempertanyakan apakah Positive
Organizational Scholarship benar-benar dapat membangkitkan tujuan “positif”nya:
- Kesepakatan mengenai perilaku yang dikategorikan “positif” – hal-hal yang dikatakan positif akan bervariasi dalam lingkungan yang berbeda-beda.
- Apakah hal-hal yang positif dapat dipisahkan dari yang negatif, atau apakah keduanya seperti dua sisi mata uang yang bisa saling menjatuhkan dan bisa saling memperkuat.
- Hal-hal yang dipandang sebagai perilaku dan emosi positif, tidak semata berbeda dalam lingkungan organisasi yang berbeda, tetapi juga dalam lingkungan budaya yang berbeda.
- Adanya sisi gelap yang tidak terungkap dari positiveness. Ini terjadi di mana kurangnya pengenalan bahwa terdapat perbedaan kepentingan dalam organisasi dan bahwa tidak semua orang memberikan respon yang baik terhadap program-program yang bersifat positif seperti pemberdayaan dan praktik emosional di tempat kerja. Program-program tersebut, beberapa di antaranya, bisa memberi hasil yang jauh dari aktualisasi-diri dan liberasi seperti diharapkan.
Walaupun demikian, para pendukung Positive
Organizational Scholarship menyatakan bahwa
gerakan ini telah memberi kontribusi berupa “pandangan-pandangan baru” untuk
mendesain organisasi, membantu dalam membangun komunitas, memahami permasalahan
organisasi, dan berpikir kembali mengenai jejaring sosial dan etika. Mereka
juga berpendapat bahwa perspektif yang dianut Positive
Organizational Scholarship bisa melengkapi dan
mengekspansi perspektif lama yang bergulat dengan pertanyaan seputar apa yang
salah dalam organisasi, bukannya menggantikan perspektif lama tersebut. Positive
Organizational Scholarship diposisikan
sebagai suatu bentuk pemahaman mengenai integrasi antara kondisi-kondisi
positif dan negatif, tidak semata berpusat pada ketiadaan hal-hal negatif dalam
organisasi.
Tugas Positive
Organizational Scholarship adalah untuk “menemukan area di mana hal-hal
positif dan baik secara kultural terpengaruhi.” Lantas, apa pengaruhnya
terhadap manajer perubahan? Di satu sisi, pendukung Positive
Organizational Scholarship berharap agar
organisasi dapat berubah dengan hasrat untuk meningkatkan kualitas kehidupan
bagi individu-individu yang bekerja di dalam dan dipengaruhi oleh organisasi.
Di sisi lain, yang mengkritik gerakan ini memberikan peringatan bagi para agen perubahan
jika mereka berasumsi akan berhasil dalam ranah “positif” ini; ada hal-hal yang
harus dikenali seperti hubungan kekuasaan yang ada dan berbagai kepentingan
yang ada di dalam organisasi yang berada di luar batas tindakan yang bisa
diambil oleh para manajer perubahan. Selain itu, hal yang disebut positif bisa
berbeda dalam konteks yang berbeda dan tidak bisa diberlakukan secara
menyeluruh.
No comments:
Post a Comment