Monday, 18 March 2013

KOMPETENSI KEPEMIMPINAN



Ada yang berpendapat bahwa kepemimpinan dapat diajarkan dan dilatih, dan bukan didapat sejak dari lahir. Hal ini sering diperdebatkan, dan secara ilmiah telah dibuktikan pada banyak survey bahwa dengan pelatihan dan dalam iklim yang menunjang, seseorang dapat berkembang dan menjadi seorang pemimpin dan kebanyakan orang harus berjuang pada kepekaan tentang kepemimpinan itu sendiri dan menjadi kompeten melalui latihan dan pengalaman.
Prof. Dr. M.H. Matondang, SE, MA dalam bukunya menyatakan ada 10 jenis kecerdasan yang dapat dipelajari oleh calon pemimpin terutama dalam menghadapi abad 21 yaitu pemimpin yang memiliki ”Multi Intelligent”. Hal ini tercermin dari mutu kepemimpinannya yang memiliki sikap, perilaku, tindakan serta hati nuraninya menjadi lebih baik dan benar karena dia mampu menggunakan berbagai jenis kecerdasan seperti: (1) Kecerdasan Tradisional (IQ) maka dia dapat berpikir baik, (2) Kecerdasan Emotional-EQ (Good Loving), (3) Kecerdasan Ragawi (Good Acting), dan (4) Kecerdasan Spiritual (SQ) pemimpin yang memuliakan Tuhan ”. [1]  Bagi Rossbeth Moss Kanter (1994), dalam menghadapi tantangan masa depan yang semakin terasa kompleks dan akan berkembang semakin dinamik, diperlukan kompetensi kepemimpinan berupa conception yang  tepat, competency yang cukup, connection yang luas, dan confidence.
Menurut Bennis dan Burt Nanus (1985) bahwa kompetensi kepemimpinan berupa “the ability to manage” dengan attention (vision), meaning (communication), trust (emotional glue), and self (commitment, willingness to take risk),  sedangkan menurut Peter F. Drucker, pemimpin seharusnya memiliki minimal 3 bidang kemampuan/kompetensi yaitu:
  1. Kemampuan pribadi, memiliki integritas tinggi, memiliki visi yang jelas, intelegensia tinggi, kreatif dan inovatif, tidak mudah merasa puas, fleksibel dan memiliki kematangan jiwa, sehat jasmani dan rohani, wibawa dan kharismatik, mempunyai idealisme dan cinta tanah air.
  2. Kemampuan kepemimpinan (Leadership Mastery), memiliki kemampuan memotivasi orang lain, membuat keputusan yang cepat dan tepat, mempengaruhi orang lain, mengelola konflik, berorganisasi, memimpin tim kerja, mengendalikan stress dan keterampilan berkomunikasi.
  3. Kemampuan berorganisasi (Organizational Mastery), yang memiliki kemampuan mengembangkan organisasi, manajemen startegik, meraih peluang, mengadakan pengkaderan generasi penerus , memahami aspek makro dan mikro ekonomi dan keterampilan operasional.[2]
Kadar kompetensi kepemimpinan seseorang dapat dipelajari melalui 4 (empat) tingkatan kemampuan yaitu: tingkat pertama, yaitu seseorang tidak memiliki pengetahuan banyak tentang kopentensi kepemimpinan, dan tidak peka untuk mengembangkan kompetensi tersebut, mungkin karena mereka tidak pernah mencoba menjadi pemimpin, tingkat kedua, yaitu seseorang menjadi sadar apa yang diperlukan untuk mengerjakan sesuatu secara baik, tetapi masih merupakan kompetensi yang masih bersifat personal. Dengan berlatih seseorang akan lebih peka dan sadar tentang hal yang benar juga penting dilakukan untuk kemudian secara gradual diubah menjadi kompetensi kepemimpinan, tingkat ketiga, yaitu kepemimpinan atau kompetensi akan sesuatu hal menjadi suatu kenikmatan yang sempurna. Anda akan menerima feed back positif dari kemampuan skill dan kepekaan tentang seberapa baik keadaan seseorang yang akan segera berlanjut ke tingkat empat, dan (4) tingkat keempat, yaitu kemampuan kepemimpinan atau skill menjadi bagian diri seseorang dan akan tampak secara alami. Seseorang yang yang dilahirkan dari pada bagaimana ia dibentuk atau bahwa seseorang pemimpin alami, itu berarti orang tersebut dapat langsung beroperasi menjadi pemimpin tanpa melalui tahap 3.
Dari penjelasan di atas, kita dapat diketahui pada tingkat berapa kompetensi kepemimpinan seseorang berada, dan yang paling terpeting bahwa seorang ”Pemimpin” seharusnya memiliki komitmen organisasional yang kuat, visionary, disiplin diri yang tinggi, tidak melakukan kesalahan yang sama, antusias, berwawasan luas, kemampuan komunikasi yang tinggi, manajemen waktu, mampu menangani setiap tekanan, mampu sebagai pendidik bagi bawahannya, empati, berpikir positif, memiliki dasar spiritual yang kuat, dan selalu siap melayani. Disamping itu harus memiliki kemampuan pribadi, kemampuan kepemimpinan dan kemampuan berorganisasi  dengan mutu kepemimpinannya yang memiliki sikap, perilaku, tindakan serta hati nuraninya dengan kemampuan IQ, IE, SQ dan kecerdasan ragawi.


[1] Prof. Dr. M.H. Matondang, SE, MA, Kepemimpinan, Budaya Organisasi dan Manajemen Stratejik, hal.  4.
[2] Prof. Dr. M.H. Matondang, SE, MA, Kepemimpinan, Budaya Organisasi dan Manajemen Stratejik, hal.  19.

No comments:

Post a Comment