Ada yang berpendapat
bahwa kepemimpinan dapat diajarkan dan dilatih, dan
bukan didapat sejak dari lahir. Hal ini sering diperdebatkan, dan secara ilmiah
telah dibuktikan pada banyak survey bahwa dengan pelatihan dan dalam iklim yang
menunjang, seseorang dapat berkembang dan menjadi seorang pemimpin dan
kebanyakan orang harus berjuang pada
kepekaan tentang kepemimpinan itu sendiri dan menjadi kompeten melalui latihan
dan pengalaman.
Prof. Dr. M.H. Matondang, SE, MA dalam bukunya menyatakan ada 10 jenis kecerdasan yang dapat dipelajari oleh calon
pemimpin terutama dalam menghadapi abad 21 yaitu pemimpin yang memiliki ”Multi
Intelligent”. Hal ini tercermin dari mutu kepemimpinannya yang memiliki sikap,
perilaku, tindakan serta hati nuraninya menjadi lebih baik dan benar karena dia
mampu menggunakan berbagai jenis kecerdasan seperti: (1) Kecerdasan
Tradisional (IQ) maka dia dapat berpikir baik, (2) Kecerdasan Emotional-EQ (Good Loving), (3) Kecerdasan Ragawi (Good Acting), dan (4) Kecerdasan
Spiritual (SQ) pemimpin yang memuliakan Tuhan ”. [1]
Bagi
Rossbeth Moss Kanter (1994),
dalam menghadapi tantangan masa depan yang semakin terasa kompleks dan akan
berkembang semakin dinamik, diperlukan kompetensi kepemimpinan berupa conception
yang tepat, competency yang
cukup, connection yang luas, dan confidence.
Menurut Bennis dan Burt Nanus
(1985) bahwa kompetensi kepemimpinan berupa “the ability to manage” dengan attention (vision), meaning (communication), trust (emotional glue),
and self (commitment, willingness to take risk), sedangkan menurut Peter
F. Drucker, pemimpin seharusnya memiliki minimal 3 bidang kemampuan/kompetensi
yaitu:
- Kemampuan pribadi, memiliki integritas tinggi, memiliki visi yang jelas, intelegensia tinggi, kreatif dan inovatif, tidak mudah merasa puas, fleksibel dan memiliki kematangan jiwa, sehat jasmani dan rohani, wibawa dan kharismatik, mempunyai idealisme dan cinta tanah air.
- Kemampuan kepemimpinan (Leadership Mastery), memiliki kemampuan memotivasi orang lain, membuat keputusan yang cepat dan tepat, mempengaruhi orang lain, mengelola konflik, berorganisasi, memimpin tim kerja, mengendalikan stress dan keterampilan berkomunikasi.
- Kemampuan berorganisasi (Organizational Mastery), yang memiliki kemampuan mengembangkan organisasi, manajemen startegik, meraih peluang, mengadakan pengkaderan generasi penerus , memahami aspek makro dan mikro ekonomi dan keterampilan operasional.[2]
Kadar kompetensi
kepemimpinan seseorang dapat dipelajari melalui 4 (empat) tingkatan kemampuan yaitu:
tingkat pertama, yaitu
seseorang tidak memiliki pengetahuan
banyak tentang kopentensi kepemimpinan, dan tidak peka untuk mengembangkan
kompetensi tersebut, mungkin karena mereka tidak pernah mencoba menjadi
pemimpin,
tingkat kedua,
yaitu
seseorang menjadi sadar apa yang diperlukan untuk
mengerjakan sesuatu secara baik, tetapi masih merupakan kompetensi yang masih bersifat
personal. Dengan berlatih seseorang akan lebih peka dan sadar tentang hal yang
benar juga penting dilakukan untuk kemudian secara gradual diubah menjadi
kompetensi kepemimpinan, tingkat
ketiga, yaitu
kepemimpinan atau kompetensi akan sesuatu hal menjadi
suatu kenikmatan yang sempurna. Anda akan menerima feed back positif dari
kemampuan skill dan kepekaan tentang seberapa baik keadaan seseorang yang akan
segera berlanjut ke tingkat empat, dan (4) tingkat keempat, yaitu
kemampuan kepemimpinan atau skill
menjadi bagian diri seseorang
dan akan tampak secara
alami. Seseorang yang yang
dilahirkan dari pada bagaimana ia dibentuk atau bahwa seseorang pemimpin alami,
itu berarti orang tersebut dapat langsung beroperasi menjadi
pemimpin tanpa melalui tahap 3.
Dari penjelasan di atas, kita dapat diketahui pada tingkat berapa kompetensi kepemimpinan seseorang berada,
dan yang paling terpeting bahwa seorang ”Pemimpin” seharusnya memiliki
komitmen organisasional yang kuat, visionary, disiplin diri yang tinggi,
tidak melakukan kesalahan yang sama, antusias, berwawasan luas, kemampuan
komunikasi yang tinggi, manajemen waktu, mampu menangani setiap tekanan, mampu
sebagai pendidik bagi bawahannya, empati, berpikir positif, memiliki dasar
spiritual yang kuat, dan selalu siap melayani. Disamping itu harus memiliki
kemampuan pribadi, kemampuan kepemimpinan dan kemampuan berorganisasi dengan mutu kepemimpinannya yang memiliki
sikap, perilaku, tindakan serta hati nuraninya dengan kemampuan IQ, IE, SQ dan kecerdasan ragawi.
No comments:
Post a Comment