Porter (1980) berpendapat bahwa suatu perusahaan dapat mencapai keunggulan kompetitifnya dengan mengembangkan salah satu dari dua strategi umum yaitu low cost strategy dan differentiation strategy.
a. Low-cost strategy
Fokus utama dari low - cost strategy adalah mencapai kos yang lebih rendah secara relatifnya dibandingkan dengan kompetitor (cost leadership). Cost leadership dapat dicapai dengan beberapa pendekatan, antara lain economic of scale in production, experience curve effects, high cost control, dan cost minimization dalam area research and development, sales, atau advertizing.
b. Differentiation strategy
Fokus utama differentiation strategy adalah menciptakan suatu produk yang unik bagi konsumen atau memiliki atribut yang berbeda secara signifikan dengan produk pesaing dan atribut tersebut penting dan bernilai bagi konsumen. Keunikan produk dapat dicapai dengan berbagai cara, antara lain brand royalty, superior customer service, dealer network product design, atau technology.
Perusahaan akan dapat mengembangkan cost leadership atau differentiation tergantung pada bagaimana perusahaan mengelola value chain yang dimiliki. Competitive advantage akan dicapai bila perusahaan dapat memberikan customer value yang lebih tinggi daripada kompetitor untuk kos yang sama atau customer value yang sama untuk kos yang lebih rendah
daripada kompetitor.
Metode Analisis Value Chain
Metode analisis value chain meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a. Identifikasi value chain industri, pembebanan kos, pendapatan dan aset untuk nilai aktivitas
Langkah ini harus dilakukan dengan ide untuk mendapatkan competitive advantage. Penilaian competitive advantage tidak dapat diuji sepenuhnya pada level industri secara keseluruhan. Value chain suatu industri dibagi dalam aktivitas yang berbeda sehingga starting point analisis kos didefinisikan dalam value chain industri kemudian menetapkan kos, pendapatan dan aset dalam berbagai nilai aktivitas. Aktivitas ini untuk membangun blok perusahaan dalam industri untuk manciptakan produk yang bernilai bagi pembeli.
Aktivitas-aktivitas harus diisolasi dan dipisahkan jika sesuai dengan kondisi-kondisi berikut. Aktivitas-aktivitas tersebut menggambarkan persentase yang signifikan dengan kos operasional, perilaku kos ak-tivitas (cost driver) berbeda, aktivitas-aktivitas tersebut dilakukan oleh kompetitor dalam cara yang berbeda.
Setelah mengidentifikasi value chain, kos operasional, pendapatan dan aset harus dibebankan pada nilai aktivitas secara individual. Untuk nilai aktivitas intermediate, pendapatan harus ditetapkan dengan menyesuaikan harga transfer internal dengan harga pasar.
b. Mendiagnosis Cost Driver
Dalam akuntansi manajemen konvensional fungsi utama suatu cost driver adalah volume output. Konsep kos berhubungan dengan volume input, kos tetap versus kos variabel, kos rata-rata versus kos marginal, kos volume analisis profit, analisis break event, budget fleksibel, dan margin kontribusi. Dalam rerangka kerja value chain sangat berbeda, volume output dipandang untuk menangkap sejumlah kccil variasi perilaku biaya. Oleh karena itu, biasanya digunakan cost driver multiple, yaitu cost driver yang berbeda untuk berbagai nilai aktivitas yang berbeda. Cost driver dibagi dalam dua kategori, yaitu struktural cost driver dan executional cost driver.
b.1 Structural Cost Driver
Structural cost driver ditetapkan dari pilihan perusahaan tentang struktur ekonomi yang mendasarinya. Pilihan tersebut diturunkan dari posisi kos untuk berbagai kelompok produk yang ditawarkan. Ada lima pilihan strategi yang harus dibuat perusahaan tentang struktur ekonomi yang mendasari, yaitu sebagai berikut.
(a) Scale: berapa ukuran investasi dalam manufakturing, research and development, dan marketing resources?
(b) Scope: bagaimana tingkat integrasi secara vertikal (integrasi horizontal lebih berhubungan dengan skala)?.
(c) Experience: berapa banyak waktu yang dibutuhkan perusahaan pada masa yang lalu dan apakah masih bisa dilakukan dalam waktu yang sama untuk saat ini?.
(d) Technology:proses teknologi apa yang digunakan dalam masing-masing tahap value chain perusahaan?
(e) Complexity: seberapa luas lini produk atau jasa yang akan ditawarkan pada konsumen?
b.2. Executional Cost Driver
Executional cost driver diturunkan dari posisi kos perusahaan yang meliputi hal-hal berikut.
(a) Work force involvement (participation): apakah pekerjaan ditekankan untuk perbaikan yang terus menerus (kaizen di Jepang)?
(b) Total quality management (TQM): apakah pekerjaan ditekankan untuk kualitas produk total?
(c) Capacity utilization : bagaimana pilihan skala untuk memaksimalkan plant construction ?
(d) Plant lawut efficiency: seberapa efisien plant's layout saat ini dibandingkan dengan standar yang ada?
(e) Product configuration: apakah desian produk efektif?
(f) Linkages with suppliers or customers: apakah hubungan dengan suplier dan konsumen sesuai dengan rantai nilai perusahaan?
No comments:
Post a Comment