Manajemen
pengetahuan (Hendrik, 2003) terdiri dari kata manajemen dan pengetahuan. untuk manajemen dapat diartikan sebagai suatu cara untuk merencanakan,
mengumpulkan dan mengorganisi, memimpin dan mengendalikan
sumber daya untuk suatu tujuan, sedangkan pengetahuan adalah data dan informasi yang
digabung dengan kemampuan, intuisi, pengalaman, gagasan, motivasi dari sumber yang
kompeten.[1] Sumber pengetahuan bisa
berupa banyak bentuk, seperti koran, majalah, email dan
lain-lain. Jadi untuk pengertian manajemen pengetahuan adalah merencanakan,
mengumpulkan dan mengorganisir, memimpin dan mengendalikan data dan informasi yang telah
digabung dengan berbagai bentuk pemikiran dan analisa dari macam-macam sumber
yang kompeten Dalam hal ini, manajemen pengetahuan merupakan proses sistematik
untuk menemukan, memilih, mengorganisasikan, menyarikan dan menyajikan informasi dengan
cara tertentu, sehingga para pekerja mampu memanfaatkan dan meningkatkan penguasaan
pengetahuan dalam suatu bidang kajian yang spesifik, untuk
kemudian menginstitusionalkannya menjadi pengetahuan perusahaan.
Sesuai dengan
definisi knowledge management, yaitu sebuah seni dalam menghasilkan value
dari asset tidak berwujud (intangible
assets) yang dimiliki perusahaan, maka Karl Erik Sveiby (1996)
mengelompokkan intangible asset sebagai berikut: [2]
1. External structure, yaitu asset yang berasal dari luar perusahaan (customer,
supplier). Aset ini dapat dibangun dengan cara menggali knowledge dari customer
(gain knowledge from customer) dan menawarkan pelayanan (knowledge)
ekstra kepada customer (offer customers additional knowledge). Misalnya
menciptakan hotline (bebas pulsa) untuk menampung keluhan atau customer
complaints dengan bantuan database system untuk kemudian dicarikan
solusinya.
2. Internal structure, yaitu asset yang berasal dari dalam perusahaan
seperti patent, merk, sistem, dan strong culture. Aset ini dapat dibangun
dengan cara menciptakan budaya yang menekankan pada peningkatan pengetahuan (build
knowledge sharing culture), memanfaatkan knowledge yang ada untuk
menghasilkan pendapatan, (create new revenues from existing knowledge),
menyimpan, memanfaatkan, dan menyebarluaskan kembali knowledge yang berbentuk
-‘best practice’ database- dari pengalaman masa lalu (capture
individual’s tacit knowledge, store it, spread it and re-use it), mengukur
kinerja intangible asset (measures knowledge creating processes and
intangible assets). Misalnya menciptakan teamwork atau unit kerja khusus
yang bertanggung jawab terhadap sharing knowledge dalam perusahaan, menjual
knowledge/best practice kepada perusahaan lain, menerbitkan laporan
tahunan perusahaan yang memuat intangible assets (invisible balance
sheet).
3. Competence of people, yaitu asset yang berasal dari knowledge yang
dimiliki SDM baik yang menyangkut potensi kemampuan (tacit), kemampuan
implementasi (explisit), kemampuan saling mendistribusi pengetahuan (sharing),
dan kemauan belajar untuk meningkatkan pengetahuannya (learning). Hal
ini bisa diperoleh dengan cara membuat sistem SDM berdasarkan knowledge
management (create careers based on knowledge management),
menciptakan iklim kerja yang mendorong adanya transfer knowledge kepada
pegawai yang berpotensi (create micro environments for tacit knowledge
transfer), dan mendukung program pendidikan dengan teknologi komunikasi (support
education with communication technology), dan belajar dari berbagai uji
coba dan simulasi program/kebijaksanaan perusahaan (learn from simulations
and pilot installations). Misalnya menciptakan sistem penggajian yang
memberikan reward material dan atau jabatan kepada pegawai yang berhasil
dalam melakukan sharing knowledge dan menerbitkan majalah/bisnis jurnal untuk
mendorong proses learning dari pegawai yang berpotensi dengan cara menulis baik
sendiri maupun secara teamwork.
Dari Penjelasan diatas
dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan organisasi yang mampu tumbuh dan
berkembang, dibutuhkan modal, yaitu segala bentuk kekayaan yang dapat
digunakan untuk menghasilkan kekayaaan (market value) yang lebih besar.